Postingan

Kuatkan

Sinar sang fajar mulai menyentuh hangat wajahku. Cahayanya terpancar menembus jilbab panjangku yang terurai. Kicau burung burung nyaring terdengar, menghibur kami kala berada di persawahan waktu itu. Sayup- sayup hembusan angin terus terasa. Padi-padi di sawah menari–nari menyambut petani, menunduk keberatan buih, seakan siap di untuk di nikmati. Hmm, iya ini musim panen. ... Liburan kali ini kami memilih untuk pulang ke rumah mertua, yakni orang tua suamiku, Mas Fatan. Tentunya bersama Husna pula. Berjalan di jalan setapak dekat persawahan memang cukup menyegarkan. Ternyata tak hanya kami bertiga yang menikmati indahnya persawahan pagi itu. Anak- anak dari para tetangga mertua pun banyak yang berlarian, bermain main, berkejar- kejaran. Husna pun ikut hanyut dalam keriangan mereka. Sementara itu tangan kami yang tadinya menggandeng Husna, kini tangan Mas Fatan beralih menggandeng ku. Melihat keriangan Husna di tengah anak- anak itu. Seketika aku teringat masa lal

Kisah Yang Cepat Untuk Cinta Yang Tepat

Kerlingan mata cincin di jemariku, entah mengapa selalu terlihat manis tanpa madu. Bahkan tidak bosan kupandang selalu. Tak jarang, sunggingan senyum malu-malu terlukis diwajahku ketika mengingat kisah dibalik pemberianmu waktu itu. .... Traffic light berwarna merah masih menunjukkan angka 31, terpaksa aku harus menghentikan motorku dan menunggu. Kulirik arlojiku, semakin cemas dan khawatir karena kelas sore kali ini di mulai pukul 15:30 tepat, dengan Pak Hendra dosen kampus ku yang killer habis. Ditambah gerimis hadir menjadi pelengkap perjalanan ku ke kampus. Sengaja ku terjang, ku fikir toh hanya gerimis. Air yang di bawanya sedikit menembus baju merahku, dingin. Ku lihat Pak Sarwiji, satpam kampus paling  ramah sedang berpayung di depan gerbang kampus , melihat ke arahku lalu melemparkan seberkas senyuman, aku balas pula. Ku parkirkan motorku, lalu bergegas menuju kelas. “Alhamdulillah, belum telat” gumamku dalam hati sambil menengok dari jendela luar kelas.